Thursday, 22 December 2016

Kalian Dengarlah Keluhanku : Mencari Jalan Kembali pada Hati Nurani


Masyarakat modern adalah masyarakat yang gemar membangun sejumlah institusi. Institusi-institusi tersebut tidak hanya dibangun sebagai monumen simbolis yang menandakan bahwa manusia modern adalah makhluk yang berasio, tetapi juga difungsikan secara praktis sebagai sarana keteraturan mereka. Di balik pendirian sejumlah institusi terdapat semacam kesadaran kolektif bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung liar dan tidak dapat diatur. Beberapa institusi seperti agama, sekolah, rumah sakit jiwa, dan penjara didirikan untuk menjinakkan, mendidik, dan menjauhkan manusia dari sifat primordial yang tidak teratur itu.

Sejak zaman pencerahan, agama memang disingkirkan dalam kehidupan masyarakat Eropa. Namun, di sejumlah negara  agama masih difungsikan sebagai institusi yang dapat menanamkan kesadaran etis mengenai apa yang baik dan buruk. Sekolah difungsikan masyarakat modern sebagai institusi yang bertugas untuk mendidik warga muda agar memiliki budi pekerti yang sopan dan pengetahuan yang memadai. Rumah sakit jiwa dipergunakan masyarakat modern sebagai institusi yang dapat memberikan kesembuhan dan rehabilitasi jiwa. Penjara difungsikan sebagai institusi korektif yang bertugas untuk mendisiplinkan anggota masyarakat yang dianggap berbahaya, jahat, dan tidak bermoral.

Meski didirikan demi keteraturan dalam masyarakat, beberapa institusi itu  justru kerap dipandang secara peyoratif oleh masyarakat modern sendiri. Institusi agama dipandang sebagai artefak masa lalu yang tidak dapat memberikan keugaharian rohani dan moralitas bagi masyarakat modern. Bahkan pada masa kini agama dipandang sebagai sumber kekerasan yang potensial dalam peradaban masyarakat modern. Agama tidak hanya memunculkan tafsir mengenai keutamaan etis dan spiritualitas yang surgawi, tetapi juga melahirkan tafsir mengenai fanatisme yang berujung pada sikap intoleransi yang celakanya semakin menjamur di mana-mana.

Sekolah tidak dapat dipandang lagi sebagai sumber pendidikan dan pengetahuan. Sejak kemajuan teknologi internet masuk ke dalam kehidupan privat, setiap orang dapat dengan mudah mengakses pengetahuan melalui mesin pencari data seperti google atau yahoo. Sekolah hari ini hanya hadir sebagai institusi bisnis yang mempersiapkan para pekerja industri yang terampil dan patuh. Hal demikian pun membuat sekolah sebagai budak kapitalisme yang melayani kepentingan para pemodal. Sekolah telah dijauhkan dari gagasan kemanusiaan yang sejak awal membentuknya.         

Rumah sakit jiwa tidak lagi dipandang sebagai institusi yang mampu memberikan kesembuhan dan rehabilitasi jiwa. Ada 2 soal yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, kondisi kejiwaan masyarakat modern yang tidak stabil ternyata tidak diiringi dengan sistem perawatan yang lebih memadai di rumah sakit jiwa. Kedua, kondisi kejiwaan masyarakat modern yang tidak stabil itu semakin lama semakin berada di luar jangkauan penanganan kesehatan jiwa karena hadir begitu masif dan tidak terbendung.

Penjara pun telah dicurigai sebagai tempat kaderisasi kejahatan ketimbang ruang pertobatan dan penataan diri. Sudah menjadi rahasia umum bila bagi para penjahat kerah putih penjara bisa dipergunakan sebagai tempat pengendali kejahatan yang paling aman. Beberapa tahun terakhir, masyarakat pernah dikejutkan dengan penjara yang kondisinya mirip dengan hotel mewah. Bagaimana mungkin kejahatan bisa digerus dan keadilan bisa ditegakkan jika penjara terlalu memanjakan para pesakitan sebagai raja di ruang yang sempit?   
Kondisi paradoksal seperti ini membuat masyarakat modern terlanjur melihat secara sempit institusi-institusi tersebut sebagai biang persoalan atas ketidakteraturan yang terjadi dalam peradaban modern. Akibatnya, mereka lupa bahwa dalam institusi-institusi terdapat begitu banyak agen yang terlibat di dalamnya. Sejumlah manusia yang pada awalnya menjadi sasaran atau tujuan kerja dari institusi-institusi tersebut tidak lepas pula dari kritik dan cercaan. Para alim-ulama atau pemimpin agama dianggap sebagai kelompok yang paling bertanggung jawab atas runtuhnya moralitas umat. Para guru diseret ke tengah pengadilan massa karena dianggap sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas kebodohan dan kebengalan generasi muda masa kini. Para dokter dan perawat dipandang sebagai orang yang bertanggungjawab atas merebaknya neurosis dan sakit jiwa yang diidap banyak orang saat ini. Para penegak hukum dan sipir dicurigai sebagai orang-orang yang paling bertanggungjawab atas gelombang kriminalitas dan kejahatan yang tiada henti.

Karena itu, masyarakat modern kerap bersikap pesimis dan curiga kepada mereka yang pernah bersentuhan dengan sejumlah institusi itu. Bahkan dengan mudah masyarakat modern memberikan predikat yang bernada satir kepada mereka yang bersungguh-sungguh mempelajari agama secara benar sebagai kaum fundamentalis, kepada mereka yang bersungguh-sungguh mereguk pengetahuan di sekolah sebagai kaum pandir, kepada mereka yang bersungguh-sungguh ingin menyembuhkan diri dari neurosis yang menimpanya sebagai orang-orang gila, dan kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari hidayah dan metanoia di dalam penjara sebagai pesakitan.

Lagu Ebiet G Ade yang berjudul Kalian Dengarlah Keluhanku secara tersirat menegaskan sifat masyarakat modern yang selalu curiga itu. Lagu ini ingin menggambarkan kondisi seorang mantan narapidana yang telah dibebaskan dari penjara. Akan tetapi di hadapan masyarakat modern, mantan narapidana itu tetap merasa terpenjara. Kebebasan yang diperoleh sang narapidana di luar tembok penjara ternyata tidaklah seindah yang ia bayangkan ketika berada di dalam jeruji besi. Ternyata dunia di balik tembok penjara jauh lebih kejam. Sebagai mantan narapidana, ia dipandang hina oleh masyarakat. Meski ia tidak lagi menyandang sebagai orang terhukum, masyarakat masih saja memberikan sanksi dan hukuman sosial kepadanya. Ia dicurigai dan tidak dimaafkan!

Dari pintu ke pintu
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan keluh ibunya

Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seakan hendak telanjangi
Dan kulit jiwaku

Apakah buku diri ini selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sorot mata yang lebih tajam dari matahari

Kemanakah sirnanya
Nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati

Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi 'tuk kembali

Sebagai mantan narapidana yang telah mengalami kehidupan getir dalam penjara, ia berusaha sebaik mungkin untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kini ia adalah pribadi yang baru, pribadi yang jauh dari kata kejahatan. Ia berusaha untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Akan tetapi, tidak ada pekerjaan yang tersedia baginya. Semua kantor yang ia kunjungi menolaknya karena ia pernah memiliki catatan kriminal tertentu. Sungguh dalam masyarakat modern, tiada kesempatan dan tiada maaf yang dapat diberikan kepada para mantan narapidana.

Balada yang disampaikan Ebiet G Ade bukanlah sekadar fiksi. Balada tersebut menjadi cermin atas realitas yang terjadi sehari-hari. Meski institusi penjara telah mendidik para narapidana menjadi manusia yang lebih baik, masyarakat modern tetap tidak dapat menerima status mereka apa adanya. Kondisi demikian menjadikan mereka sebagai masyarakat tanpa rasa maaf. Masyarakat modern adalah masyarakat mekanik yang mendasarkan dirinya pada dimensi dualisme, hitam atau putih, suka atau tidak suka! Masyarakat seperti ini adalah masyarakat yang tidak memiliki kerendahan hati sehingga berpotensi munafik. Mereka mudah bersembunyi di balik institusi-institusi agama, sekolah, rumah sakit jiwa, atau penjara. Namun, dengan cepat, mereka mudah menghakimi dan mencerca siapapun yang berada di sejumlah institusi itu. Seolah-olah mereka adalah orang-orang tanpa cela. Tanpa dosa.

Masyarakat modern memang telah membangun beberapa institusi agar perilaku masyarakat dapat dikontrol dan diperbaiki sehingga lebih beradab. Namun, kecurigaan masyarakat modern terhadap institusi-institusi tersebut secara tidak langsung telah menyandera semua agen yang berproses di dalam alur tersebut. Gagasan mengenai kebaikan hanya menjadi semacam relativisme. Nyatanya, kecurigaan itu jugalah yang mengkerdilkan dan bahkan menghancurkan eksistensi hati nurani yang seharusnya menjadi benteng pertahanan terakhir dalam kemanusiaan. Jika hati nurani hilang, manusia berada di ambang kepunahannya. Hal demikian terjadi bukan karena ia tidak memiliki tubuh atau kepandaian, tetapi karena ia tidak lagi memiliki kebaikan Tuhan yang tercermin dalam sikap peduli, toleransi, dan welas-asih terhadap sesama.          
Lagu Kalian Dengarlah Keluhanku menyisakan banyak pertanyaan kepada saya. Apakah institusi-institusi modern yang dibangun masyarakat modern itu justru dibangun untuk menghancurkan manusia? Apakah keteraturan yang ingin dicapai masyarakat modern harus dilaksanakan dengan tindak dominatif minus hati nurani? Apakah mantan narapidana harus selamanya terpenjara dalam ruang kebencian dan kecurigaan yang dibangun masyarakat? Dari dalam lubuk hati yang terdalam, saya sungguh mengharapkan agar masyarakat modern dapat menemukan jalan kembali pada hati nurani. Dan semoga esok pagi, kita masih menjumpai setitik embunnya.   

Sumber gambar : www.lagujadul.com