Manusia modern hidup dengan banyak pertimbangan. Dalam
proses interaksi dengan sesamanya, manusia modern kerap menggunakan
pertimbangan untung dan rugi sebagai takaran. Pertimbangan ini dianggap
rasional karena manusia modern berupaya keras untuk menghilangkan
getaran-getaran afeksi dan menghindari subyektifitas. Seperti barang-barang
yang diproduksi, proses interaksi antarmanusia pun harus dapat dikuantifikasi,
diukur, dan bahkan direkayasa. Jika dirasa menguntungkan, interaksi tersebut
dapat diteruskan. Akan tetapi, jika dirasa tidak menguntungkan, interaksi
dihentikan dan ditinggalkan.
Disadari atau tidak, manusia modern semakin terpekur
pada sistem yang mereka buat sehingga ruang afeksi dan emosi tergerus.
Interaksi antarmanusia pun menjadi kering dan tidak bermakna. Komunikasi hanya
jatuh sebagai proses transfer informasi bolak-balik secara formal, bukan
sebagai pertemuan antara dua individu yang berorientasi pada penciptaan makna.
Akibatnya, intuisi kemanusiaan dalam proses komunikasi itu hilang karena telah
digantikan sistem komunikasi yang bersifat transaksional. Padahal intuisi
kemanusiaan, bagaimanapun, adalah faktor yang memungkinkan terbukanya ruang
afeksi dan emosi. Di sanalah, manusia dapat hadir sebagai makhluk yang merasa.
Ia bukanlah hasil dari sebuah mekanisme pembendaan yang bekerja tanpa hati,
tanpa belas kasih, atau tanpa emosi tertentu.
Memang, bagi manusia modern, intuisi seringkali
disepelekan sebagai sebuah hal yang berlawanan dengan pemikiran rasional.
Intuisi dianggap sebagai hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Dalam beberapa hal, intuisi kerap dipersamakan dengan cara berpikir
manusia pra modern-untuk tidak menyebut primitif-yang didasarkan insting.
Karena itu, dalam masyarakat modern yang rasional, peran intuisi dihilangkan
secara perlahan-lahan melalui penciptaan sistem pembendaan terhadap segala hal
yang berkaitan dengan manusia. Dengan cara ini, manusia yang semula
dipergunakan sebagai ukuran, homo mensura,
digantikan oleh materi sebagai takaran
pertimbangan yang paling sahih.
Kendati demikian, perlu diluruskan bahwa intuisi
bukanlah dorongan instingtif yang tersembunyi dalam ketidaksadaran manusia.
Sepanjang sejarah filsafat, keberadaan intuisi selalu tidak pernah ditakrifkan
dan ditafsirkan secara monolitik. Ada pelbagai perbincangan mengenai intuisi.
Hal demikian menyiratkan bahwa intuisi merupakan elemen yang dipandang penting
dalam diri manusia, selain tubuh, jiwa, dan pikiran. Pada abad pencerahan,
intuisi memang kerap disandingkan dengan dunia seni sebagai bagian penting
dalam pembentukan kreativitas. Mereka yang tidak memiliki intuisi dianggap
tidak pantas menyandang gelar maestro, seniman yang terhormat, meski secara
teoretis dan teknis memahami penciptaan seni yang berbobot, terutama seni
lukis. Namun, intuisi yang dimaksud bukanlah bakat yang diturunkan dari sorga
kepada orang-orang tertentu. Sebaliknya,
setiap orang dapat memiliki intuisi jika ia terus-menerus tekun untuk mengasah
kepekaan seni melalui perjumpaan dengan publik dan kontemplasi atas alam dan
kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan, intuisi menjadi penentu cita rasa yang
memungkinkan sebuah karya seni dapat dihadirkan dan diapresiasi dengan baik.
Sayangnya, setelah kesenian menjadi salah satu lahan industri yang potensial,
intuisi mulai tidak difungsikan karena justru digantikan oleh prinsip
pertimbangan supply and demand demi
komodifikasi yang rasional.
Maka, menghadirkan kembali intuisi sebagai pusat
pertimbangan bukanlah hal yang mudah pada dunia yang telah begitu sistemis dan
mekanis. Meski demikian, menghadirkan kembali intuisi dalam kehidupan modern
adalah langkah perlawanan yang tepat agar manusia tidak terjebak dalam sistem
yang membuat dirinya tidak lagi utuh sebagai makhluk yang merasa. Menghadirkan
kembali intuisi sebagai pusat pertimbangan manusia modern secara tidak langsung
merupakan upaya untuk menempatkan hati nurani sebagai poros yang menggerakkan
cara berpikir dan bertindak.
TNT, band glam
metal asal Norwegia, pernah meliris sebuah lagu berjudul Intuition pada tahun 1989.
One fire, a silent storm in every spirit
Locked behind a lonely dream still aware
When soldiers of fortune take your mind
The heart is your kingdom like magic when you find
Locked behind a lonely dream still aware
When soldiers of fortune take your mind
The heart is your kingdom like magic when you find
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Let your dream command, oh
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Let your dream command, oh
One answer, the destiny of every moment
Lost inside a hungry voice in the dark
No evil illusions, no empty prayer
The heart is your kingdom so follow if you dare
Lost inside a hungry voice in the dark
No evil illusions, no empty prayer
The heart is your kingdom so follow if you dare
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
When soldiers of fortune take your mind
The heart is your kingdom, magic when you find
The heart is your kingdom, magic when you find
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Hold your heartbeat in your hand, oh
Intuition, one decision
Hold your heartbeat in your hand, oh
Lagu yang mendapat sambutan hangat di Eropa dan Jepang
itu tampaknya juga ingin menegaskan bahwa intuisi punya peranan besar dalam
pembentukan karakter individu. Intuisi digambarkan sebagai kerajaan hati dan
sebuah sihir yang mampu mengubah segalanya. Intuisi memungkinkan setiap kita untuk
tidak terjebak dalam sistem dikotomis baik dan buruk, hitam dan putih
sebagaimana diklasifikasikan dunia rasional. Bagi TNT, intuisi mengajak kita
untuk menetralkan ilusi jahat dan menghindarkan doa dari kesia-siaan. Ada
semacam kepercayaan bahwa setiap individu berhak memiliki kendali untuk
menentukan dirinya. Setiap individu harus menjadi subyek otonom yang menyadari
dirinya. Alih-alih membentuk watak watak humanisme dalam setiap individu,
intuisi juga dipahami TNT sebagai sebuah pengharapan dan impian akan dunia yang
lebih berani. Mereka yang punya nyali untuk mengejar pengharapan dan impian itu
berhak turut dalam perayaan kehidupan yang sesungguhnya.
Sungguh saya terkesan dengan gagasan besar mengenai
intuisi yang ditawarkan lagu tersebut. Saya berharap, intuisi yang dimaksud
dapat menjadi bagian penting dari keugaharian manusia modern untuk menjadi
manusia seutuhnya, bukan robot atau perangkat dari sistem tertentu.
Bagaimanapun, di dalam masyarakat yang semakin mekanis, semakin teknologis,
semakin despotis , intuisi memang semakin mendesak untuk dibaca dan
dipraktikkan kembali sebagai cara menimbang sesuatu. Sungguh, intuisi dalam
kebaikan hati manusia sangatlah sederhana. “The
heart is your kingdom, follow if you dare…”
No comments:
Post a Comment