Jatuh cinta
berjuta rasanya. Tua, muda, siapapun pasti merasakannya. Meski begitu, jatuh
cinta kerap jadi peristiwa yang misterius. Kehadirannya tidak dapat ditebak.
Bisa mendadak hadir. Bisa lama menunggu. Namun, penyebabnya dapat ditengarai. Dan
diperkirakan, ada seribu satu alasan mengapa orang bisa jatuh cinta. Salah
satunya adalah senyuman.
Senyum
adalah bahasa tubuh yang paling mudah dilakukan setiap orang sehat. Namun,
senyum bisa menjadi hal yang sangat menyebalkan tatkala kita sedang mengalami
sakit gigi dan sakit hati. Meski kita mencobanya, senyum yang ditampilkan
terasa hambar. Kata orang, senyum sangat berkaitan dengan ketulusan. Maka kita
tahu mengapa senyum para gadis sales
promotion dan para perawat berbeda. Mengapa senyum Pak Polisi di tengah
arena razia berbanding terbalik dengan senyum seorang guru di hadapan muridnya
yang berhasil lulus. Ketulusan itu terlihat bukan dari lengkungan senyum yang
ditunjukkan, tetapi dari efek yang ditimbulkannya. Konon, satu senyuman tulus dapat
menjadi obat bagi hati yang terluka.
Kendati
ketulusan menjadi prasyarat utama, tidak jarang memang, senyuman menjadi begitu
manipulatif. Mereka yang kerap bersandiwara dengan kehidupan akan menjual
senyuman sebagai jangkar penjerat. Melalui senyuman itu orang bisa terpesona
dan simpatik, tetapi melalui senyuman itu pula orang bisa jatuh dari tebing
tinggi. Di satu sisi senyuman menghidupi, tetapi di sisi lain mematikan. Dalam
sejarah, kita menemukan bagaimana banyak orang jatuh karena senyuman. Karena
senyuman Delilah, Samson takluk dan tidak berkutik. Karena senyuman Cleopatra, Markus
Antonius meninggalkan Roma. Karena senyuman Giacomo Casanova, banyak wanita aristokrat
abad ke-19 tergila-gila untuk jatuh ke pelukannya. Dan sebagainya.
Ya, tanpa
kita sadari, senyuman punya korelasi penting dengan peradaban. Baik senyuman
tulus maupun manipulatif tetap punya potensi untuk mengubah jalannya sejarah
sebuah bangsa. Sayangnya, dalam masa perang, orang akan sulit tersenyum. Ketika
Hiroshima dan Nagasaki dihadiahi bom oleh Amerika, tiada satupun orang di
Jepang selama dua dekade lamanya mampu tersenyum lebar. Ya, tragedi mampu
memadamkan apapun termasuk senyuman. Celakanya, ketika hal itu terpadamkan,
butuh waktu lama untuk menghidupkannya kembali sebagai sebuah pengharapan.
Maka, jatuh
cinta adalah juga sebuah persoalan mengenai peradaban. Bagi yang jatuh cinta,
senyuman tidak sekadar penting, tetapi merupakan sebuah tanda bermakna yang
harus hadir. Senyuman kekasih adalah matahari yang membangunkan semesta.
Senyuman kekasih adalah oase penyejuk di padang gurun. Senyuman kekasih adalah
sebuah tanda bahwa cinta telah hadir di sana! Pendek kata, senyuman punya makna
yang cukup penting. Itulah mengapa senyuman menjadi salah satu obyek yang
menarik bagi para penyair untuk ditulis sebagai puisi atau lirik lagu.
Mengenai
senyuman, saya ingat dengan sebuah lagu yang berjudul When I See You Smile. Lagu ini dilantunkan dengan sangat apik oleh
John Waite, vokalis Bad English pada tahun 1989 dalam album perdana mereka, Bad English. Meski usia band rock itu relatif
singkat, 3 tahun, lagu yang mereka bawakan terdengar begitu abadi. Ya, lagu
yang diciptakan Diane Warren itu sebenarnya sungguh sederhana. Lagu itu
berkisah bagaimana senyuman sang kekasih mampu menjadi energi yang luar biasa
bagi pasangannya. Sebegitu besarkah kekuatan yang dipancarkan senyuman? Tentu
saja, kita tidak boleh meremehkannya. Jika ditilik secara kritis, lagu tersebut
bisa menjadi otokritik bagi wajah percintaan manusia modern yang kerap alpa
dengan hal-hal kecil. Bukankah kerap cinta layu sebelum berkembang hanya
disebabkan oleh pudarnya perhatian terhadap kebiasaan-kebiasaan kecil? Coba
cermati lirik lagunya berikut ini.
Sometimes
I wonder how I'd ever make it through
Through this world without having you
I just wouldn't have a clue
'Cause sometimes it seems like this world's closing in on me
And there's no way of breaking free
And then I see you reach for me
Sometimes I wanna give up, wanna give in
I wanna quit the fight
And then I see you baby
And everything's alright, everything's alright
When I see you smile, I can face the world
Oh, oh
You know I can do anything
When I see you smile, I see a ray of light
Oh, oh
I see it shining right through the rain
When I see you smile
Baby when I see you smile at me
Oh, yeah
Baby there's nothing in this world that could ever do
What a touch of your hand can do
It's like nothing that I ever knew
Hay
And when the rain is falling, I don't feel it
'Cause you're here with me now
And one look at you baby
Is all I'll ever need, all I'll ever need
Sometimes I wanna give up, I wanna give in
I wanna quit the fight
Then one look at you baby
And everything's alright
Hay, everything's alright
It's alright
Through this world without having you
I just wouldn't have a clue
'Cause sometimes it seems like this world's closing in on me
And there's no way of breaking free
And then I see you reach for me
Sometimes I wanna give up, wanna give in
I wanna quit the fight
And then I see you baby
And everything's alright, everything's alright
When I see you smile, I can face the world
Oh, oh
You know I can do anything
When I see you smile, I see a ray of light
Oh, oh
I see it shining right through the rain
When I see you smile
Baby when I see you smile at me
Oh, yeah
Baby there's nothing in this world that could ever do
What a touch of your hand can do
It's like nothing that I ever knew
Hay
And when the rain is falling, I don't feel it
'Cause you're here with me now
And one look at you baby
Is all I'll ever need, all I'll ever need
Sometimes I wanna give up, I wanna give in
I wanna quit the fight
Then one look at you baby
And everything's alright
Hay, everything's alright
It's alright
Ya, lagu
ini mengingatkan kita kembali betapa hal-hal kecil bisa berpengaruh pada
keputusan-keputusan besar. Meski tampak kecil, sederhana, dan mudah untuk
dilakukan, senyuman, sekali lagi, tidak dapat diabaikan, bukan hanya dalam
hubungan percintaan, melainkan pula dalam kehidupan sehari-hari. Ada sejumlah kekuatan
besar yang tersembunyi di baliknya. Senyuman adalah pengharapan bagi mereka
yang putus asa. Senyuman adalah kekuatan bagi mereka yang lemah. Senyuman
adalah perlindungan bagi mereka yang khawatir. Senyuman adalah terang bagi
mereka yang berada dalam kegelapan. Senyuman adalah sebuah solidaritas!
Mengakhiri tulisan
ini, saya jadi teringat lagi kepada seorang penasihat yang berujar bahwa senyum
yang kita berikan merupakan bagian dari ibadah yang kita jalankan. Saya tidak
tahu seberapa sering kita tersenyum kepada setiap orang yang kita jumpai baik
di rumah, tempat kerja, atau ruang publik. Hal yang perlu kita pahami adalah
bahwa ada efek sosial dan psikologis yang begitu hebat dari senyuman itu.
Namun, bagaimanapun, tetap juga perlu diperhatikan untuk tidak tersenyum
sendiri. Bisa berbahaya …
Sumber gambar : www.eil.com
No comments:
Post a Comment