Wednesday 9 July 2014

Hard to Find the Words: Kasih Sayang Ibu

Album Cinderella/ Still Climbing
Sebelum masuk kuliah, saya pernah mengikuti beberapa kursus bahasa Inggris di Yogyakarta. Namun, ada sebuah tempat kursus yang paling berkesan bagi saya. Bukan karena gedungnya dan juga bukan karena materi yang diajarkannya. Tempat itu berkesan bagi saya karena di sana saya bertemu dengan seorang pengajar yang kerap memberikan lagu-lagu rock sebagai materi pelajaran mendengarkan (listening).

Pada suatu waktu, pengajar itu memberikan tugas kepada peserta kursus untuk menuliskan kembali lirik lagu Hard to Find the Words yang dinyanyikan sebuah band glam metal, Cinderella.  Sejak SMP, saya memang telah mengenal band yang didirikan di Pennsylvania, Amerika Serikat itu. Beberapa lagu mereka pun sudah saya dengarkan. Namun, lagu Hard to Find the Words yang ditawarkan pengajar itu sama sekali belum pernah saya dengarkan.

Sebagai orang yang sedang belajar bahasa Inggris, jujur, saya mengalami kesulitan untuk mendengarkan lagu itu. Pertama, ada begitu banyak kata dan idiom baru yang artinya harus saya cari di kamus dengan sabar. Kedua, sungguh tidak mudah untuk mendengarkan suara Tom Keifer, sang vokalis. Di balik suaranya yang begitu tinggi, masih ada geramannya yang sering membuat kata yang dilagukannya tidak jelas terdengar di kuping Jawa saya. Aktifitas mendengarkan lagu  pada akhirnya sesuai dengan judul lagunya. It’s very hard!

Akan tetapi, Tuhan sungguh baik. Setelah melampaui usaha yang keras, saya pun mulai dapat mencicipi makna lagu itu. Secara utuh, lagu itu berbicara tentang perasaan seorang anak kepada ibunya. Di dalam lagu itu, si anak mengutarakan rasa terima kasih kepada sang ibu yang telah mendidik dan membesarkannya. Meski anak itu kerap melanggar nasihat-nasihat yang diberikan, sang ibu tidak pernah mengeluh dan tetap setia mengasihinya. Maka bagi si anak, bukanlah perkara mudah untuk melukiskan cinta kasih yang diberikan sang ibu dengan kata-kata.

Kemarin, sebelum menulis catatan ini, saya menghadiri misa requiem sepupu saya.  Ia adalah seorang wanita yang ramah dan murah hati, dan juga seorang ibu yang tegar, bijaksana, serta sabar bagi anak-anaknya. Setiap Minggu saya dan keluarga selalu bertemu beliau di sudut gedung Gereja, menjajakan makanan yang dimasaknya sendiri. Dari  beberapa kisah yang dibagikan para pelayat yang mengikuti misa, terungkap bahwa sepupu saya sering memberikan barang dagangannya secara cuma-cuma kepada para sahabatnya. Sikapnya begitu tulus dan ikhlas.

Sebelum kematiannya yang sungguh mendadak, ia ternyata sempat sakit dan dirawat di rumah selama satu minggu. Namun, dalam sakitnya, ia tidak pernah mau menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa kondisi badannya semakin lemah. Ia tampak bersemangat untuk melakukan banyak hal. Kepada anak bungsunya yang masih bersekolah di SMA, ia berjanji bahwa dalam waktu seminggu, ia pasti akan sembuh dan akan kembali menemaninya belajar di ruang tamu yang bocor atapnya.

Namun, apa mau dikata. Kehendak Tuhan lebih nyata ketimbang janji ibu kepada anak bungsunya. Di depan peti mati itu, si bungsu menangis sambil berteriak histeris. Banyak pelayat merasa iba dengan peristiwa itu. Beberapa orang bahkan menitikkan air matanya. Mereka paham betapa dekatnya hubungan antara ibu dan anak  selama ini. Saya pun hanya terdiam. Tidak bisa bicara apapun.

Setelah beberapa waktu, saya berusaha menghiburnya. Dengan perlahan saya mengutarakan beberapa nasihat standar untuk menguatkan hatinya. Ia memang sempat tenang. Tapi tidak ada sepatah kata pun yang terucap darinya. Keheningan terlanjur menyelimuti kami berdua. Akan tetapi di balik keheningan itu, saya percaya, ada niat dan kekuatan yang hendak dibangunnya. Ia lebih berhak menentukan apa yang harus dilakukannya ketimbang segala nasihat standard yang saya sampaikan.

Sungguh, di depan kebaikan dan ketulusan seseorang, betapa sulit kita dapat melukiskan segenap pikiran dan perasaan kita dengan kata-kata. Di depan jasad orang-orang yang sungguh mengasihi kita, kata-kata pun mati. Pada tahun 1994, lagu Hard to Find the Words ditulis Tom Keifer saat sang ibu sedang sekarat karena didera kanker. Sungguh, lagu itu hanya menjadi sebuah kesaksian dan jejak tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Sebagai sebuah single, lagu itu sama sekali tidak meledak. Bahkan pada tahun yang sama Tom Keifer harus menghadapi serangkaian kenyataan yang menyakitkan. Penjualan album Still Climbing melorot, Cinderella bubar, pita suaranya rusak, dan sang ibu akhirnya meninggal dunia.

Meski begitu, lagu Hard to Find the Words adalah lagu abadi. Lagu itu terus-menerus bergema dan mengingatkan semua anak betapa kasih sayang ibu tidak dapat dilukiskan kata-kata. Mungkin ini pula yang sedang bergolak dalam diri keponakan saya. Butuh waktu untuk mengungkapkan hal ini. Bagaimanapun, kasih sayang memang harus dipahami dengan tindakan. “And mama I know there's been times. When we didn't see eye to eye. By and by we do some growing up. And we understand the reasons why. But sometimes it's hard to find the words. But I'll do the best I can. Thank you for the love mama. It's what made this boy a man, yeah”

Sumber gambar :http://www.lyrics007.com/Cinderella%20Lyrics/Hard%20to%20Find%20the%20Words%20Lyrics.html 


******* 

   

No comments:

Post a Comment